Jumat, 05 September 2008

Orang suci Laksana Air Jernih

Apakah yang lebih istimewa di banding shalat? Jawabnya, jiwa shalat lebih baik dari pada shalat itu sendiri. Dan jawaban lain ialah, iman lebih baik dari pada shalat, karena shalat di wajibkan lima kali sehari sedangkan iman tidak boleh terputus. Orang dapat dimaafkan dari shalat dengan alasan yang benar, juga di izinkan menunda shalat. Nah, iman tanpa shalat patut di beri ganjaran, sedangkan shalat tanpa iman, seperti shalatnya orang munafik, tidak mendapatkan apa-apa.Shalat berbeda berdasarkan agama.
Sedangkan iman tidak akan berubah karena perbedaan agama. Untuk itu, keabadian dan universalitas iman meliputi berbagai hal, keadaannya, perhatiannya, dan lainnya. Seseorang dapat mendengar wahyu sesuai derajat kemampuannya ketertarikannya terhadap wahyu.
Sementara seorang pendengar wahyu itu,ibarat tepung terigu di tangan seorang pengadon, wahyu itu bagaikan air, dan ukuran air yang benar untuk di kocok ke dalam tepung terigu. Artinya berlaku ukuran komposisi yang harmonis dan kadar yang tepat untuk sebuah ke seimbangan. Seluruh pengetahuan pada awalnya di anugerahkan kepada adam hingga segalan hal yang tersembunyi menjadi kelihatanmelalui jiwanya.
Persis seperti air jernih yang mampu menampakkan batu, sekaligus memantulkan setiap benda yang ada di atas permukaan yang jernih itu. Sungguh begitulah sifat sejatiair. Sebaliknya jika air bercampur kotoran atau keruh karena masuknya warna lain, air jernih itu akan kehilangan sifat hakikinya. Tuhan mengirimkan nabi dan orang-orang suci seperti air yang jernih itu.Agar air yang keruh dan berwarna itu bisa bisa"di sapa" kembali oleh air jernah.
Orang-orang suci adalah laksana air yang jernih. Air keruh adalah orang-orang yang jiwanya keruh oleh karena campuran berbagai kotoran yang datang dari berbagi sisi kehidupan. Ketika melihat air jernih yang "menyapa", air keruh itu menjadi sadar bahwa dia pada mulanya adalah jernih.
Kekeruhan dan pencampuran warna lain terjadi karena suatu peris tiwa yang tidak iya sengaja. Dia mampu mengenang keadaan dirinya sebelum terjadinya kecelakaan itudan berkata"Inilah yang pada awalnya kami miliki".(QS.2:25).
Para nabi dan orang suci adalah "pengingat" atas keadaan masa lalu seseorang. Mereka tidak meletakkansesuatu yang baru kedalam hakikat seseorang. Setiap air keruh yang mengenali air jernih akan berkata "Aku berasal dari itu" lalu bercampur dengan nya. Tetapi kalo air keruh itu tidak mengenali air jernih yang mengingatkan asal mulanya dan dirinya berbeda dari yang lain, dia akan menolak proses terjadinya kekeruhan, pencampuran warna lain dalam dirinya, hingga dia tidak akan lagi bercampur dengan lautan yang maha luas. Mereka bahkan akan lebih asing dari laut. Lihatlah bait di bawah :
Mereka yang menyadari ikatan kebersamaannya, akan terikat bersama. Mereka yang menolak ikatan kebersamaannya, hancur rendam terpisah-pisah.(Al Hadits).
Firman allah "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa Olehnya penderitaan, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan ) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At-Taubah[9]:28).
Ayat itu bermakna bahwa air jernih yang agung itu berasal dari jenis serupa dengan air keruh yang hina. Sadarlah kemudian bahwa setiap baris, setiap laporan, dan setiap ayat yang di bawa sebagai bukti para nabi dan orang-orang suci merupakan dua bukti dan kesaksian mereka. Bukti dan saksi itru mampu bertindak sebagai saksi terhadap banyak peristiwa.
Mereka menyaksikan setiap hal berdasarkan pada perkaranya. Sebagai contoh, dua orang yang menyaksikan penempatan rumah, penjualan barang di toko, dan perkawinan. "bentuk" persaksian selalu sama, tetapi "hakikatnya" tentu berbeda. "Sesungguhnya Tuhan mengasihi kita. Warna itu berasal dari darah, tetapi wewangian itu berasal dari kasturi." (Hadits dalam karya sayuti,Jami').Tuhan telah menciptakan "tirai" untuk satu tujuan yang baik. Apabila Dia menunjukkan keindahan-Nya tanpa tirai, kita tidak akan mampu melihat dan menikmati keindahan-Nya. Karena cahaya mataharilah kita dapat melihat dan mampu membedakan kebaikan dari keburukan. Begitu juga ketika kita melihat air jernih.



Di posting dari : Mimbar Jum,at Dewan Mubaligh Indonesia Edisi 328/Th.2008

Tidak ada komentar: